BIG Princess




Natalia Reta Mahesa, gadis pandai yang selalu melampiaskan kekesalannya dengan sebuah tulisan. Jangan bayangkan gadis ini memiliki tubuh yang tinggi atau body yang sexy, serta wajah yang cantik. Jika bayangan kalian seperti itu, kalian salah. Reta justu memiliki tubuh yang besar, alias gendut. Tubuhnya jauh dari kata tinggi, wajahnya pun tak secantik wanita-wanita single pada umumnya. Memang Reta memiliki rambut kecoklatan yang sangat indah, panjang dan selalu ia biarkan tergerai begitu saja. Gadis gendut ini juga memiliki hidung yang mancung dan warna mata yang sangat indah, berwarna hazel (coklat madu).

Reta termasuk salah satu gadis yang acuh tak acuh dengan penampilannya, ia menggunakan pakaian yang pas dan nyaman dengan tubuhnya, memakan makanan kesukaannya disetiap detik yang ia inginkan, tak mempedulikan berat badannya yang akan naik. Reta juga tak memikirkan siapa laki-laki yang akan bersanding dengannya nanti, menurutnya laki-laki itu yang akan mengejarnya, menerimanya apa adanya. Walau pun gadis itu sedikit ragu dengan prinsipnya yang menunggu seorang laki-laki datang dan meminta cintanya karna tubuhnya yang gendut dan wajahnya yang buruk, bahkan bundanya sendiri sudah berputus asa mencarikan Reta pasangan yang tepat karna lemak yang menggantung diperut, lengan atau pahanya itu membuat laki-laki pilihannya lari terbirit-birit. Mereka bilang mereka tak selevel dengan Reta.

Banyak sekali laki-laki yang sudah menghina atau mengejeknya karna body tubuhnya yang besar itu. Tapi Reta tak pernah mempedulikannya, ia percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untuknya nanti.

Reta bukan gadis yang sombong, angkuh, atau sinis dengan orang lain. Reta memiliki sifat yang sangat ramah, baik, dan sopan. Sekalipun itu dengan musuh terberatnya, ia tak akan segan-segan menolongnya jika ia membutuhkan pertolongan, tidak mempedulikan balasan yang ia dapatkan seburuk apa nantinya. Karna sifat itu Reta memiliki banyak teman, banyak sekali gadis yang iri dengannya, Reta memang gadis yang terlampau dari kata pandai, bahkan sangat cerdas. Karna itu pula Reta memiliki IP tertinggi dikampusnya dulu.

Semenjak kelulusan Reta dan berita IP-nya tertinggi itu membuat para lelaki mendekatinya, mulai dari yang cukup tampan sampai yang berwajah sangat lokal pun ada, mulai dari yang bawa ninja sampai yang biasa bawa amborgini, dari yang bawa beat sampai yang bawa vespa juga ada. Mereka semua mengagumi Reta, tanpa ia ketahui apa maksud mereka mendekatinya, namun Reta hanya menganggapinya dengan biasa. Menanggapinya hanya sebagai seorang teman yang menghargai teman yang lainnya. Saat mereka menyatakan perasaan mereka Reta menolaknya dengan halus. Saat itu Reta memang sedang tak ingin menjalin sebuah hubungan, cita-citanya jauh lebih penting. Bukannya mau milih-milih, hanya saja diantara mereka belum ada yang bisa membuat Reta nyaman.

Sesungguhnya Reta juga pernah mengagumi lawan jenisnya, menyukai seorang laki-laki tampan dan menjadi pujaan kaum hawa saat itu. Namanya Raihan, kakak kelasnya saat SMA dulu. Saat itu tubuh Reta sudah gendut, jadi dia tak ada keyakinan untuk mendekatinya, ditambah lagi Raihan seorang ketua osis yang bijaksana dan juga ramah, wajah tampan dan ketajirannya membuat Raihan semakin perfact dimata gadis-gadis yang satu sekolah dengannya. Reta hanya mampu memperhatikannya dari jauh, ikut tersenyum saat senyum Raihan bukan untuknya, tetap tersenyum saat melihat tawa lepas yang Raihan keluarkan bersama teman-temannya, Reta selalu iri saat melihat Raihan yang membalas sapaan gadis-gadis yang mengaguminya. Nyatanya Reta tak pernah berani melakukan hal yang sama. Menatapnya dari jarak dekat pun ia enggan melakukannya.

Meski pun begitu Reta juga hanya wanita biasa yang ingin memiliki pasangan yang tampan, memberikan perhatian lahir batinnya dengan baik, dewasa dan bertanggung jawab. Yang terpenting bisa menerima segala kekurangan yang Reta miliki. Itu alasan utama kenapa Reta membiarkan tubuhnya menggendut. Karna ia ingin mencari seorang laki-laki yang mencintainya dengan tulus tanpa menyuruhnya diet sedikit pun. Walau pun Reta gendut, ia tak pernah bermasalah, mungkin minder iya, tapi ia tetap bersyukur, karna kegendutannya sampai sekarang tubuhnya masih sangat suci, belum sedikit pun laki-laki mencoba menyentuhnya. Mungkin lebih baik ditatap menjijikan dengan laki-laki karna tubuhku yang gendut dari pada ditatap mesum dengan laki-laki karna tubuhku yang sangat menggoda, jelas itu jauh lebih menjijikan itu yang selalu ada dipikiran Reta. Hingga dia selalu bersyukur karna kegendutannya.

Tapi Reta tak pernah memaksakan lelaki yang bersanding dengannya harus memiliki wajah tampan, asalkan dia bisa membuat Reta nyaman akan ia terima dengan baik. Banyak sekali laki-laki tampan didunia ini yang memiliki keribadian yang berbeda. Dan itu berbahaya.

Misalnya, ada seorang laki-laki tampan yang berjalan dimall, tubuhnya tegap tinggi, memiliki lengan yang kokoh, dan perut sixpack yang tercetak jelas dibalik kaos ketatnya, rambut pirangnya dibiarkan acak-acakan memberikan nuansa cool dan sexy, matanya yang berwarna coklat, berlapis kaca mata bening memiliki frame hitam yang tersangga hidung mancung putihnya itu, laki-laki itu tengah memegang gadget super canggih dan juga menyimpan dompet tebal dibalik kantong belakang celana jeans merk ternama yang ia pakai. Gadis mana yang tak terpana dengan laki-laki yang seperti itu, namun tatapan kagum mereka dengan cepat terbunuh saat melihat laki-laki dibelakangnya, tubuh dan wajahnya tak berbeda jauh dengan laki-laki pertama tadi, hanya saja jalanya lebih gemulai, ia berusaha mengejar laki-laki yang berkaca mata itu sambil berteriak, “sayang.. sayang.. tunggu aku dong” laki-laki itu mengeluarkan nada yang super duper manja, membuat gadis-gadis disekelilingnya ingin muntah saat melihatnya. Do you know what I mean? Yes, they a gay!
Atau saat disebuah cafe, ada seorang cewek, yang memiliki body super wow. Tubuhnya tinggi semampai, memakai pakaian yang super ketat, melihatkan lengkuk tubuhnya, Bahkan wajahnya terlewat dari kata cantik. Duduk sendirian sambil membaca novel roman yang ia bawa, sesekali meminum milkshake strawberry pesanannya. Pertanyaan yang selalu terlontar pada para lelaki disekitar cafe itu hanya satu, “mengapa gadis secantik dan sesexy dia bisa sendirian dicafe ini?” tanpa ada kata ragu lagi, seorang laki-laki tampan mendatanginya, gadis itu menyambut dengan senyuman manisnya, memamerkan bibir merahnya yang terlihat menggiurkan, laki-laki itu menyapanya, mengajaknya bersalaman dan berkenalan. Sampai akhirnya mereka bercakap-cakap ringan, gadis itu sangat care dengan laki-laki yang baru dikenalnya, menjawab pertanyaan laki-laki itu dengan genit, sesekali memainkan ujung rambut pirangnya, hidung mancung dan mata biru cerahnya terpampang sangat jelas. Belum lagi kulitnya yang putih dan mulus. Membuat para lelaki menelan air liurnya berkali-kali. Sampai akhirnya gadis itu tanpa sengaja menjatuhkan dompet cantiknya, tanpa basa-basi lagi dengan berbaik hati laki-laki itu mengambil dompet itu, tanpa sengaja ia melihat KTP gadis cantik yang berada dihadapannya, disana terpampang jelas namanya bukan Jenny, tapi JONO PRASETYO. Wow, this is amazing, gadis itu seorang transgender. 

Disini terlihat jelas bahwa ketampanan atau kecantikan itu bukan jaminan, bagaikan buah, jika kulitnya terlihat bersih bukan berarti daging buahnya terasa manis. Banyak sekali orang-orang yang tertipu dengan kemasan luar dijaman modern ini. Termasuk dalam hal pasangan.

Sekarang Reta sudah berkerja disalah satu perusahaan ternama, karna kepandaian yang ia miliki Reta menduduki jabatan presdir diperusahaan ini. Mengukir sejarah baru diperusahaan tempatnya ia bekerja, hanya Reta yang bisa mengantikan posisi presdir yang lama, hampir semuanya berjenis laki-laki. Itu artinya Reta membuktikan bahwa seorang wanita juga bisa melakukan apa yang dilakukan para lelaki. 

Awalnya Reta hanya karyawati biasa, namun karna kegigihannya, dan juga keteguhannya ia bisa memajukan perusahaan dan jabatannya terangkat begitu saja. Namun saat Reta menjadi seorang karyawati, ia memiliki sahabat dekat, namanya Tika, gadis yang sangat cantik, memiliki tubuh tinggi semampai, sangat proposional. Sangat berbeda dengan Reta yang memiliki tubuh pendek dan juga gendut, ditambah wajah bulatnya yang semakin melengkapi tubuhnya terlihat semakin menjadi buruk. Kadang Tika membuatnya iri karna postur tubuhnya yang sempurna.

Semenjak jabatan Reta berubah, hal itu menjauhkannya dari Tika, jelas tempat mereka bekerja sangat jauh, ruangan Reta berada dilantai paling atas, dan ruangan Tika berada dilantai dua. Hari ini Tika mengajak Reta menginap dirumahnya, karna hari ini hari sabtu dan besoknya minggu jadi tak salah kalau Reta menerima tawaran baik sahabatnya itu. Itung-itung sebagai obat kangen yang selama ini mereka pendam.

Awalnya bunda Reta tak setuju dengan menginap anak tunggalnya itu kerumah sahabatnya, tapi karna bunda Reta sudah cukup mengenal Tika dengan baik maka diizinkanlah anaknya untuk menginap kerumah sahabatnya, jelas setelah bujuk rayu dan menjanjikan membelikan makanan favorite bundanya setelah pulang dari rumah Tika.

Setelah beberapa menit perjalanan yang didampingi kemacetan, maklumlah ini malam minggu, jadi banyak para muda-mudi yang berkeliling bersama pasangannya, sementara Reta? Ia mengendarai mobilnya sendirian tanpa pasangan. Mengenaskan! Sejujurnya Reta tak pernah tau dimana rumah Tika, sahabatnya itu hanya memberikan alamat rumahnya dan membiarkan Reta mencari alamat itu sendiri, ini yang pertama kalinya Reta pergi kerumah Tika.
Akhirnya setelah berputar-putar mengelilingi komplek rumah Tika, Reta menemukan rumah yang ditujunya, ia memasukan mobilnya kedalam halaman rumah Tika yang sangat luas. Setelah sebelumnya menanyakan pada satpam didepan tentang kebenaran rumah ini tempat tinggal Tika atau bukan, dan kata satpam itu benar.
Sebelum Reta keluar dari mobilnya Tika sudah berjalan menuju mobilnya memasang wajah sumringah, ia terlihat senang sekali dengan kedatangan sahabat baiknya itu.

“ayo masuk Ret, aku udah buatin coklat panas kesukaan kamu” ucap Tika, “mana kopermu?” Tika melihat kearah bagasi yang tak kunjung dibuka oleh Reta, “ya ampun Tika, aku disini cuma semalem aja, jadi gak perlu bawa koper segala lagi” Reta memutar bola matanya, “keperluanku udah siap semua di tas ini kok” lanjutnya sambil mengangkat tas berukuran sedang didepan wajah Tika. Dan gadis langsing itu hanya memangut-mangutkan kepalanya tanda mengerti. 

Tika dan Reta tertawa terbahak-bahak diruang tengah, membawa coklat panas yang Tika buat, sesekali memakan macarons yang sudah Tika siapkan untuk sahabatnya itu. Melepas rasa rindu yang terpendam beberapa bulan belakangan ini, Tika yang selalu sibuk menceritakan Dion, pacar barunya yang super duper tampan dan tajir versinya. Tika juga menceritakan tentang sahabat perempuan Dion yang selalu memadangnya dengan tatapan ‘kebencian’. “mangkannya Tik, jangan pakai rok mini dan baju kurang bahan kayak gini. Apa perlu kain panjang aku jahitin langsung sama kulit kamu. Biar kulit kamu yang mulus ini tertutup dengan sempurna” ucap Reta disusul kekehannya, Tika yang sempat terkejut, ralat pura-pura terkejut saat mendengar ucapan sahabatnya itu. “are you psychopath?” Tika menyipitkan matanya, memberikan kesan curiga pada sahabatnya itu, “yes, you alright” sahut Reta santai, kemudian mereka kembali tertawa atas kebodohan mereka sendiri.

Sampai akhirnya Tika atau pun Reta sama-sama terkejut saat mendengar suara langkah kaki mendekati mereka, menemukan postur tubuh seorang laki-laki yang sudah bersandar ditembok sambil memandangi Tika dan Reta bergantian. “gitu ya, sangking asiknya becandaan sampai kakaknya pulang gak disambut” ucap laki-laki itu, Tika yang sudah sadar dari keterkejutannya, langsung berlari dan memeluk laki-laki itu. Sementara Reta masih duduk manis dengan mulut yang semakin menganga. Jelas Reta masih sangat ingat siapa laki-laki yang ada dihadapannya ini, ia tak pernah berubah hanya saja tubuhnya semakin kokoh, otot-otot tangannya terbentuk dengan indah dibalik kemeja biru laut yang sangat pudar, hampir seperti warna putih, lengannya sudah terlipat hingga kesiku, memamerkan jam tangan panerai yang harganya sangat mahal itu. Bahkan Reta sendiri tak tahu berapa jumlah nol yang tertera jika harga jam tangan itu dijadikan rupiah.

Reta tersadar dari lamunannya saat mendengar langkah kaki Tika yang berjalan mendekatinya, dengan kakaknya yang mengekor dibelakangnya, “kak, kenalin ini Reta sahabat aku” Tika bergelayutan manja dilengan kokoh kakaknya, Reta berdiri menjabat salam ramah dari laki-laki itu.
“Raihan” Raihan tersenyum pada Reta dan gadis itu membalasnya setelah ia menggumamkan namanya.

Oh Tuhan Raihan, bagaimana bisa hanya bersalaman denganmu saja jantungku sudah berusaha keluar dari tempatnya. Dan bagaimana bisa, tangan halusmu itu memberikan sengatan listrik yang dahsyat hingga menjalar keseluruh tubuhku. 
***

“kakak ih, masuk-masuk kamarku seenaknya, ini kan khusus kamar cewek kaaakk.. pergi, pergi”
Samar-samar Reta mendengar suara Tika yang terdengar parau tapi cukup keras untuk membangunkannya, saat Reta membuka matanya, benar saja saat ini Reta telah melihat pemandangan Tika yang mendorong-dorong Raihan keluar kamarnya, sementara Raihan hanya menatapnya dengan wajah datar namun tak menuruti keinginan adiknya, Reta mengangkat tubuhnya seketika saat Raihan menatapnya. Oh Tuhan, Raihan lihat wajahku yang baru bangun tidur, kayak kucing kecebur comberan gak ya? Batin Reta, gadis itu menundukan wajahnya berusaha mengalihkan pandangannya agar tak bertemu dengan tatapan tajam milik Raihan.
“eh Reta, kebangun gara-gara suaraku ya? Maaf ya. Habis kak Raihan nih gangguin” Tika tersadar dengan kebangunnya Reta, ia mertawa kecil saat ia merasa suaranya begitu lantang. “aku Cuma disuruh mama buat bangunin kamu, suruh sarapan tuh” Raihan menatap Reta sekilas tapi langsung merubah pandangannya saat Reta akan menatapnya, Raihan melihat Tika lalu kemudian ia pergi menuruni tangga kembali ke meja makan.

Pagi ini Reta akan kembali satu meja makan dengan Raihan setelah makan malam kemarin ia lalui dengan indah, melihat Raihan makan dengan jarak yang begitu dekat, melihat tawa dan senyumnya yang selama ini menjadi daya tarik yang kuat untuk Raihan. Senyum Raihan sudah meruntuhkan pertahanan Reta yang awalnya akan melupakan pangeran SMA-nya itu. Rasa itu kembali muncul direlung hati Reta, tumbuh semakin meninggi setelah mulai layu karna tak pernah tersiram dengan senyuman milik Raihan. Setelah kelulusan Reta tak pernah tau dimana Raihan melanjutkan sekolahnya, ia seakan menghilang begitu saja. Reta juga tak punya nyali jika harus bertanya dengan teman-temannya atau bahkan Tika sahabatnya yang tak lain dan tak bukan adik kandung Raihan.

Wajah Tika dan Raihan jauh berbeda, itu alasannya kenapa Reta tak pernah menyadari bahwa Tika itu adik kandungnya Raihan. Laki-laki yang ia kagumi selama ini. Semalaman Reta dan Tika mengadakan pyama party, saling memukul dengan bantal yang akan mengeluarkan bulu-bulu lembut, tertawa atau menertawakan, mengejek atau diejek, membicarakan gossip terbaru dikantor mereka, atau stalker cowok-cowok tampan yang mereka kagumi. Ralat, bukan mereka tapi hanya Tika yang stalker dan Reta hanya memperhatikannya. Bahkan mereka bermain omgle ditengah malam, berbicara dengan stranger yang menurut mereka bisa menghilangkan jenuh. Sesekali menjahili mereka juga tak salah, itu yang selalu ada dipikiran kotor Tika. Dan sampai akhirnya mereka lelah lalu tertidur.

Reta berjalan menuruni tangga setelah Tika yang mendahuluinya, gadis bertubuh gemuk itu lebih memilih mandi terlebih dahulu dan bisa sarapan dimeja makan, berbeda dengan Tika yang hanya menggosok gigi dan membasuh wajahnya. Reta melangkah kan kakinya menuju dapur, ia sudah bisa mendengar gelak tawa yang berasal dari suara Raihan dan Tika dimeja makan dari beberapa meter jaraknya dengan mereka.

“ayo Reta dimakan sarapannya” tante Mega menyambur Reta dengan baik saat langkahnya mendekati kursi Tika, dan duduk disampingnya, berhadapan langsung dengan tante Mega, mama Tika dan Raihan. Mega memang perempuan yang sangat baik dan ramah, Reta sempat membantunya membereskan piring saat makan malam kemarin dan membicarakan banyak hal tentang dirinya. diumur yang hampir kepala lima itu ia masih terlihat sangat mudah. Pantas saja Raihan dan Tika memiliki wajah yang super special, cantik dan tampan, mamanya saja cantiknya seperti itu batin Reta. Sementara papanya Tika berada diluar negeri untuk mengurus anak perusahaannya yang ada disana, sampai saat ini pun Reta masih belum mengetahui bagaimana wajah papanya Tika.

Hari ini Tika mengajak Reta pergi kepantai setelah kepuncak, sebenarnya ini acaranya Dion pacar Tika, dan hanya mereka berdua. Tapi mendadak Raihan meminta ikut dan jika mereka hanya berangkat bertiga Raihan jelas akan menjadi obat nyamuk atau bahkan mengganggu Dion dan Tika. Maka dari itu Tika memaksa Reta untuk ikut, menemani Raihan agar tak sendirian atau akan mengganggunya. Awalnya Reta menolak tapi Tika terus mendesak dan memaksanya, terpaksa Reta menuruti kemauan sahabatnya itu.

Sekarang Reta sudah berada satu mobil dengan laki-laki idamannya, siapa lagi kalau bukan Raihan, sementara Tika satu mobil dengan Dion jelas dimobil yang berbeda. Sesampainya dipantai Reta dan Raihan tak menemukan sosok Tika dan Dion. Raihan melangkah kan kakinya memasuki pantai dan mencari sosok Tika dan Dion, saat Raihan menemukan mereka yang tengah duduk diatas pasir putih, menikmati pemandangan sunset yang sangat romantic, sangat wajar untuk pasangan seperti mereka. Raihan melangkahkan kakinya lebar-lebar, ingin sekali Raihan mendatangi mereka, duduk ditengah diantara mereka, lalu.. “beri mereka waktu” tangan Reta menahan lengan Raihan, laki-laki bermata biru itu melihat tangannya kemudian tatapan tajamnya menuju pada Reta, seketika membuatnya gugup dan ketakutan disaat yang bersamaan, “maaf” Reta melepaskan lengan Raihan, “tadi waktu dikebun teh, kamu sudah menghadang kebersamaan mereka. Jadi sekarang beri mereka waktu untuk bersama” Reta tetap melanjutkan ucapannya.

Reta berjalan agak jauh dari tempat Dion dan Tika berada, melihat pemandangan sunset yang begitu mengagumkan, andaikan ia sedang bersama seseorang yang ia cintai seperti Tika dan Dion, sunset ini akan terlihat semakin indah, ucapan itu yang terlontar didalam benak Reta, “papa selalu tugasin aku buat jaga Tika, kamu tau sendiri kan gimana cara berpakaian Tika, aku hanya takut Dion melakukan hal yang seharusnya tak ia lakukan” ternyata Raihan mengikuti Reta, dan sekarang ia duduk tepat disamping Reta. Raihan terlihat kaku dan takut saat mengucapkan hal yang harusnya menjadi pribadi keluarganya, tapi mungkin Reta bisa mengerti hal itu. Dan benar saja, Reta sangat mengerti, “iya aku tau kok kekhawatiranmu, bahkan aku juga merasakan hal yang sama. Sudah berkali-kali aku mengingatkan Tika untuk tidak menggunakan pakaian yang seperti itu, tapi ia tetap tak mempedulikan perkataanku” Reta menjelaskan panjang lebar, tatapannya masih tertuju pada matahari yang akan menghilangkan sinarnya beberapa menit lagi, “tapi sebenarnya kamu gak perlu khawatir dengan Dion, dia laki-laki yang baik, bahkan ia selalu menatap Tika tepat dibilik matanya, dan tak pernah menatap tubuhnya dengan tatapan nafsu. Ia selalu memperlakukan Tika bagaikan permaisuri” lanjut Reta, kini Raihan mengalihkan pandangannya pada Reta, namun ia sama sekali tak berniat membuka suara. Raihan kembali memandang matahari dengan senyum manisnya, sayangnya Reta tak mengetahui hal itu.
“Aku semakin mengagumi Ret”
***
Mimpi apa Reta malam ini, ia bisa berduan dengan Raihan dipantai, melihat sunset, becanda dengan Raihan, mendengar tawanya melihat senyum manisnya, membicarakan hal yang serius dengan Reta. Ingin sekali Reta berteriak didalam kamar, melompat-lompat diatas tempat tidur layaknya gadis yang sedang merasakan cinta, atau gadis yang senang karna berdekatan dengan laki-laki yang ia cintai. Tapi Reta segera mengurungkan niatnya, ia tak mau kasur nyamannya itu jebol sebelum waktunya karna harus membawa bobot berat milik Reta. Jadi ia hanya melompat-lompat sambil berteriak kecil diatas balkon kamarnya, tak mempedulikan tetangga yang akan terbangun karna terganggu dengan teriakan Reta.

Malam ini Raihan mengajaknya pergi keacara pesta teman SMAnya yang ternyata teman kuliahnya Reta, jadi mereka pergi bersama keacara pernikahan temannya itu, pukul 7 Raihan sudah menjemput Reta dirumahnya. Gadis itu sudah siap saat mobil Raihan berhenti dihalaman rumahnya yang cukup besar itu, dan dari balkon Reta sudah bisa melihat ketampanan Raihan, ia memakai jas hitam dan celana hitam, ia tak bisa melihat kemeja yang Raihan pakai karna Raihan berjalan cepat kearah pintu rumahnya.

Tak lama terdengar ketukan dibalik pintu kamarnya, Reta segera membuka pintu itu dan berdirilah sosok wanita paruh baya yang masih sangat cantik, bundanya. “ya bun?” ucap Reta sopan, “itu Raihan udah nunggu dibawah” Reta mengangguk, entah kenapa ia merasa sangat gugup, apa ia pantas berjalan dengan Raihan dipesta itu? “bun Reta cantik gak sih?, Reta kok gak pd ya” ucap Reta ragu, memang ia benar-benar tidak percaya diri, karna tubuhnya yang gendut, lemak bertebaran, mukanya yang bulat, dan masih banyak lagi kekurangan fisik yang melekat ditubuh Reta.

“kamu udah cantik kok, cantik banget malam ini” ucap bunda Reta sambil memperhatikan anak semata wayangnya itu dari atas kebawah, sesekali merapikan rambut Reta yang curly dan dihiasi bandana hitam mengkilap itu, malam ini Reta menggunakan gaun hitam dengan karet dibawah dadanya, roknya dibiarkan tergerai hingga kelutut, menutupi lemak bagian bahanya, Reta menggunakan dress dengan lengan berbahan sifon yang terawang mempertontonkan kulitnya yang putih, rambut hitamnya digulung sedemikian rupa hingga terlihat sangat sederhana namun elegan, menyisahkan beberapa helai anak rambut yang dibiarkan terjatuh. 

Dengan jantung yang berdebar semakin kencang Reta berjalan menuruni tangga didampingi dengan bundanya, dari sini dia bisa melihat Raihan yang tengah duduk dengan santainya, memandang IPhone yang ada ditangannya. Raihan mengalihkn pandangannya pada Reta yang sudah berada didepannya, Raihan bangkit dari duduknya, menghampiri bunda Reta menyalaminya dan izin akan membawa Reta pergi kepesta pernikahan teman mereka. Dengan senang hati bunda Reta tersenyum dan mengangguk pada Raihan, “pilihan kamu gak salah nak, Raihan sangat tampan, bunda setuju” bisik bunda Reta pada anaknya, “ishh bunda” Reta menatap bundanya dengan tatapan heran, bagaimana tidak heran bundanya sangat genit seperti itu, namun bundanya hanya tertawa kecil.

Saat berada dimobil Raihan tak henti-hentinya melirik Reta, sesekali saat lampu lalu lintas menyalakan lampu merahnya, Raihan menolehkan kepalanya hanya untuk menatap Reta, sementara Retanya sendiri sering kali salah tingkah saat tau Raihan terus menatapnya. “kamu kenapa sih?” pada akhirnya Reta membuka suara, memecahkan keheningan diantara mereka, Reta kembali menatap Raihan dengan intens, Raihan memang sangat tampan, ia memakai kemeja warna putih ditambah dasi kupu-kupu yang sangat cantik.

“enggak Ret, kamu cantik banget malam ini” ucap Raihan dengan menatap bilik mata Reta dengan intens, Reta hanya tersenyum, ia kembali menatap lurusnya jalan, mengalihkan pandangannya, Reta takut Raihan akan melihat pipinya yang merona dan mendengar detak jantungnya yang semakin kencang walau pun jarak mereka cukup jauh sekarang.
“Ret”
“ya?” Reta kembali memandang Raihan, laki-laki itu terlihat ragu akan mengucapkan sesuatu, namun Reta tetap memandangnya dengan tatapan semakin heran karna Raihan tak kunjung mengatakan sesuatu, pada akhirnya Reta memalingkan pandangannya dari Raihan.
“aku ingin menikahimu Reta” Reta benar-benar terkejut saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Raihan, bahkan ia sempat menganga sangat lebar, tapi Reta lebih memilih bungkam dan menutup mulutnya. Ia tak tau harus mengucapkan apa, ia tak tahu harus melakukan apa saat ini.

Di satu sisi Raihan sudah sangat yakin dengan keputusannya, dulu saat SMA, ia sering kali menemukan tatapan intens yang selalu diberikan Reta untuknya, selalu memperhatikannya dengan tatapan kagum. Namun saat Raihan mencoba mendekatinya, Reta malah memalingkan padangannya dari Raihan dan selalu bersikap acuh padanya, kalau memang dia mengagumi Raihan harusnya ia menyapanya seperti gadis lainnya, kecuali Reta memang gadis yang berbeda.

Saat Raihan memutuskan untuk kuliah di Jerman, ia selalu mendapatkan info tentang Reta mulai dari pamannya hingga teman-temannya yang mengagumi kepintaran gadis itu, pamannya yang tak lain adalah guru matematika di SMAnya. Ia selalu kagum dengan Reta bahkan dia bisa mengerjakan soal yang belum sama sekali dijelaskan oleh pamannya itu. Reta juga sudah bisa menguasai tiga bahasa saat SMA, bahasa Inggris, Jerman, dan juga bahasa Jepang. Reta juga berkali-kali memenangkan lomba cerpen antar provinsi. Ia benar-benar gadis yang cerdas. 

Ditambah lagi saat Tika, adiknya. Menceritakan soal Reta yang bekerja satu kantor dengannya, dan jabatannya yang dinaikan menjadi seorang presdir. Itu membuat Raihan semakin mengagumi Reta. Masih banyak kekaguman Raihan pada gadis itu yang belum bisa ia ceritakan. Lambat laun perasaan kagum itu berubah menjadi perasaan yang berbeda. Ia semakin yakin saat dipantai bahwa Raihan mencintai Reta.

Raihan masih melihat Reta yang hanya terdiam saat ia mengucapkan keinginannya tadi. Ia bukan laki-laki yang romantic, Raihan terbiasa mengatakan yang ia inginkan secara to the point. “Ret?” Raihan menyadarkan Reta dari lamunan panjangnya, ia menatap Raihan dan sesekali Raihan menatapnya masih dengan konsentrasi dijalan yang cukup sepi malam ini, “aku hanya tak yakin dengan keinginanmu” ucap Reta sesantai mungkin, walaupun masih sangat gugup. “aku yakin ret, aku—“ ucap Raihan, “aku takut kamu menyesal nantinya” Reta cepat-cepat memotong ucapan Raihan.

“tapi ret, aku mencintaimu, memang aku salah kalau aku ingin memilikimu seutuhnya?, aku pikir umur kita sudah cukup untuk menikah jadi tak perlu lagi kan menjalin hubungan yang namanya pacaran” jelas Raihan panjang lebar. Reta mengerti, sangat mengerti tapi dia lebih memilih untuk diam.
Mereka saling diam hingga mobil yang mereka tumpangi berhenti diparkiran. Raihan membukakan pintu Reta, memegang tangannya layak seorang putri. Mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk, Reta sudah memegang erat lengan Raihan, dengan jarak sedekat ini ia bisa mencium harum parfum khas seorang Raihan yang seling kali ia nikmati saat Raihan lewat didepannya semasa SMA dulu.

Sesampainya dipintu masuk, mereka disambut dengan tidak ramah oleh seorang gadis berparas cantik, ia memiliki tubuh yang sangat sexy, berbanding terbalik dengan Reta, “oh ini pacar barumu han?” gadis itu memperhatikan Reta dari bawah hingga naik keatas, “aku tak menyangka, sekarang seleramu sangat rendah” lanjut gadis itu. Reta sudah terbiasa dihina seperti itu, namun yang membuatnya berbeda, ia menghina Raihan melalui Reta, atau sebaliknya? Yang jelas kalimat itu sangat membuat Reta sakit hati. Gadis gemuk yang tengah terluka itu mendongakkan kepalanya melihat Raihan menatap gadis yang sudah menghinanya tadi dengan tatapan kebencian. “setidaknya dia lebih baik darimu, Michel” ucap Raihan tajam, ia menarik Reta menjauhi gadis iblis itu, dan memasuki ruangan yang sangat lebar, dimana pengantin yang sangat berbahagia itu berdiri dipelaminan.
Reta mencoba melepaskan genggamannya, namun Raihan selalu mencegahnya, bahkan ia menggenggam tangan Reta sangat erat. Reta masih berkelut dengan pikirannya sendiri, siapa gadis itu? Apa dia salah satu gadis yang hidup dimasa lalu Raihan? Siapa namanya? Micha? Miche? Michel! Ya namanyanya Michel, “lupakan saja perkataan gadis gila itu, jangan pedulikan dia” kali ini Raihan menatap Reta dengan tajam, namun memberikan kesan hangat dalam tatapannya. Sementara Reta menatapnya dengan.. Reta sendiri tak mengerti tatapan apa yang ia berikan.

Selama pesta berlangsung Reta hanya diam, ia menyimpan semua rasa penasarannya pada gadis itu, sungguh Reta tak marah dengan gadis itu. Justru harusnya Reta berterima kasih dengannya, mungkin dia sudah bisa menyadarkan Raihan dari perkataan sekilasnya tentang penikahan itu. Sampai sekarang Reta sendiri tak tau harus menjawab apa pada Raihan. Dia sayang Raihan, dia cinta Raihan, tapi dia juga tak ingin Raihan tak bahagia karna dia yang jauh dari kata wanita idaman

Raihan memperhatikan Reta yang sedari tadi hanya diam tanpa sedikit pun niat membuka mulutnya, laki-laki tampan itu sudah mencoba mengajaknya mengobrol, tapi Reta hanya menjawab seperlunya saja. Apa mungkin gadis itu tengah memikirkan perkataan Michel tadi? Gadis kejam itu memang seseorang yang ada dimasa lalu Raihan, tapi gadis itu menyia-nyiakan Raihan, ia berselingkuh dengan teman Raihan dikampus. Bahkan Raihan sendiri tak tau mengapa bisa dia mencintai gadis sekejam Michel. “Reta, apa yang kamu pikirkan?” Raihan mencoba membuka suara, Reta mengalihkan pandangan pada Raihan, sesekali ia menatap gadis itu tapi ia tetap harus focus pada jalan yang sudah sangat sepi, ditambah lagi hujan deras malam ini. “tak ada” Reta tersenyum pada Raihan, laki-laki itu tak percaya begitu saja, ia menghentikan mobilnya dipinggir jalan, tepat didepan taman, entah taman mana yang sedang ia kunjungi itu. “aku tak percaya, apa yang kamu pikirkan Reta? Apa kau masih memikirkan perkataan gadis itu?” Reta tak menjawab, ia hanya diam namun tatapannya tetap terfokus pada Raihan
Mereka saling menatap, tatapan mata Reta yang tajam penuh keraguan, bertemu dengan tatapan mata Raihan yang terlihat begitu tenang. Reta menggelengkan kepalanya, “lalu?” gadis bertubuh gemuk itu menundukan kepalanya, seakan ia tak mau Raihan menemukan keraguan yang besar dan rasa takut tak kalah besar dengan keraguannya terpancar dari mata hazelnya itu, Raihan mengangkat dagu Reta, mereka kembali beradu tatap, pria itu masih setia menunggu jawaban yang akan dilontarkan Reta, “aku..” gadis itu terlihat ragu, sama dengan tatapan yang terbaca oleh Raihan, ia bisa melihat sorot mata Reta yang menjelaskan bahwa ada keraguan dan ketakutan yang saling berhubung dibatinnya. Reta menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya, ia terlihat sedikit tenang sekarang, “aku hanya tidak ingin kau menyesal. Sebenarnya aku tak tersinggung dengan ucapan gadis itu tadi, hanya saja.. aku takut teman-temanmu akan mengatakan hal yang sama”.

Raihan tersenyum, entahlah senyum apa yang ia berikan pada Reta yang jelas senyuman itu sangat manis dimata Reta. “kamu minder?” Reta diam, dan Raihan melanjutkan ucapannya, “aku tak pernah melihat seseorang dari segi fisik Reta, aku mencintaimu apa adanya kamu. Aku mencintai semua kekurangan dan kelebihanmu” Reta masih tak menjawab, ia semakin menundukkan kepala, “apa kau mencintaiku Reta?” pertanyaan Raihan seperti hantaman batu besar bagi Reta, seharusnya ia senang Raihan mengatakan hal itu, harusnya ia juga senang Raihan mengatakan cinta padanya, namun semuanya salah. Reta justru ragu dan takut, ia diam cukup lama sampai akhirnya, “terlalu cepat untuk mengatakan cinta, aku harap kamu memikirkan matang-matang keputusanmu itu, atau mungkin rasa cintamu padaku” Reta mengatakannya dengan mantap, kali ini rasanya Raihan yang seperti dihantam batu besar. Apa Reta menolakku? Apa Reta tak mencintaiku? Namun ia tak mengeluarkan kata tidak sedari tadi. Reta menggantungkan semuanya.

Hati Raihan hancur berkeping-keping, semakin hancur saat Reta memutuskan untuk keluar dari mobilnya, membiarkan derasnya hujan mengguyur tubuhnya, Raihan menyusulnya namun Reta lebih cepat dari dugaannya. Ia sudah menghilang entah kemana. Terpaksa Raihan kembali kemobilnya dan menyetir dengan keadaan basar, dan hancur dalam hatinya.

Beruntung sekali malam ini hujan, hujan bisa sedikit mengobati rasa sakitnya, sedikit menghiburnya dengan tetesan yang menyakitkan pas mengenai wajahnya, yang lebih penting, hujan berhasil menutupi air matanya yang mengalir deras, bahkan lebih deras dari hujan ini.

Reta berjalan dengan langkah gontai menuju rumahnya, ia tak ingin menggunakan taksi atau apa pun, ia hanya butuh waktu untuk sendiri. Beruntung sekali saat ia kembali bundanya sudah tertidur sangat lelap. Reta melangkahkan kakinya menujur kamar, membilas tubuhnya dengan air hangat yang menenangkan, lalu tertidur dengan lelap, membawa semua keraguan, ketakutan, dan rasa minder yang luar biasa bercampur aduk menjadi satu.
***
Sudah seminggu Raihan pergi tanpa kabar, dia tak lagi menghubungi Reta, bahkan Tika adiknya juga ikut menghilang. Ia tak pernah menemui Tika dikantor. Mungkin Raihan sudah sadar akan keinginannya untuk menikahiku. Syukurlah, aku tak ingin laki-laki seperfact Raihan bersanding dengan wanita gendut sepertiku. Tanpa sadar Reta tersenyum, ya.. senyum pahit yang ia rasanya, walaupun dalam hatinya ia sangat menginginkan Raihan, tapi pikirannya tak seegois hatinya.
Ting tong..
Siapa yang bertamu dihari minggu? Lagi-lagi Reta menggerutu, ini sudah yang kesekian kali gerutuan yang keluar begitu saja dari mulut Reta, apa patah hati bisa mmengubah kepribadian seseorang?
Reta membukakan pintu itu, berdirilah sosok perempuan berparas cantik, ternyata wanita itu mamanya Tika, “tante” ucap Reta kegirangan saat melihat mamanya Tika berdiri dihadapannya sekarang, Reta memeluk wanita itu kemudian muncul Tika dibalik tubuh wanita itu, “aku gak dipeluk” ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya, Reta langsung memeluk sahabatnya yang selama ini menghilang entah kemana, “kemana aja sih Tik, aku kangen tau” ucap Reta dengan nada manjanya. Kemudian Reta menyuruh mereka masuk dan duduk diruang tamu, beberapa menit kemudian laki-laki tua namun masih terlihat tampan dan sehat itu muncul, Reta tau itu pasti papanya Tika karna ia bisa melihat Raihan ditubuh pria itu, dengan versi tua jelasnya. Reta menjabat tangannya dan menciumnya, laki-laki itu tersenyum, lalu ia duduk disamping istrinya, yang terakhir Raihan muncul dengan kemeja yang sangat rapi, ia menggunakan kemeja putih, sangat serasi dengan kemeja hitam yang Reta gunakan. Raihan tersenyum ramah pada Reta, gadis itu membalasnya. 

Beberapa menit kemudian bunda muncul dari arah dapur membawa minuman dan berbagai makanan kecil. Ternyata Raihan kemari membawa keluarganya untuk melamar Reta, agar ia percaya bahwa laki-laki itu serius sekali ingin menikahinya. Dan tak ingin main-main dengannya. Saat itu lah Reta percaya, dengan senang hati ia menerima lamaran Raihan. Minggu depan mereka akan menikah.

Dari sini terungkap sebuah kejelasan, ternyata cinta sejati itu tak pernah mengukur seberapa berat badan kalian, seberapa tinggi tubuh kalian, atau seberapa radar kecantikan atau ketampanan kalian. Cinta sejati bisa tertawa dengan kegendutan yang melekat pada tubuh kalian, bukan berarti menertawakan kalian, cinta sejati juga bisa tersenyum karna tinggi tubuh kalian, tapi bukan berarti cinta sejati tersenyum saat melihat kalian tak bisa menggapai buku dirak yang tinggi saat diperpustakaan, intinya cinta sejati akan tertawa atau tersenyum bersama kekurangan kalian bukan menertawakan kekurangan kalian. Cinta sejati itu buta tak bisa melihat sebuah kekurangan yang kalian rasa itu buruk. Tapi kenapa cinta bisa membedakan mana yang Ferrari dan mana yang karimun? Itu bukan cinta sejati namanya. Tapi cinta hanya karna harta atau tata. Cinta sejati yang sebenarnya akan menganggap kekurangan yang ada didalam diri kalian itu menjadi sebuah kelebihan. Dan kekurangan dipasangan kalian menjadi sebuah kelebihan yang hilang buat kalian.
So, Tuhan sudah melukiskan takdir yang indah untuk seseorang bertubuh gemuk, bertubuh pendek, dan juga seseorang yang berwajah minim, dalam tanda kutip, kalian sendiri yang mengganggap diri kalian itu jelek. Tapi tidak, sesungguhnya tak ada orang jelek didunia ini. Mereka semua punya ketampanan dan kecantikan disetiap segi-segi yang berbeda. Maksudnya seseorang akan melihat kecantikan itu hanya disegi fisik saja, padahal kecantikan itu juga memiliki segi-segi yang tak hanya difisik. Cantik hati. misalnya, dia baik, dia tulus saat menolong orang, atau bahkan cantik iman, misalnya dia sering pergi ketempat beribadah, ya masih banyak lagi kecantikan yang belum kalian ketahui, selain cantik fisik.
Jadi, jangan pernah minder sengan apa yang kalian pnya. Suatu saat kalian pasti akan menemukan cinta sejati itu. Yaa.. suatu saat nanti.

TAMAT

Komentar